Narasinusantara.id, Samarinda – Menjelang pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Kutai Kartanegara pada 19 April 2025, suhu politik kian menghangat. Di tengah riuhnya dinamika kontestasi, sebuah dukungan mengejutkan datang dari tokoh besar Kalimantan Timur Hadi Mulyadi. Mantan Wakil Gubernur Kaltim dan politikus senior Partai Gelora itu resmi menyatakan dukungan kepada pasangan calon nomor urut 1, Aulia Rahman Basri – Rendi Solihin.
Dalam pernyataan terbuka yang disampaikan dengan gaya khasnya, Hadi tak hanya menyampaikan dukungan, tapi juga menyulut semangat dengan metafora yang mencuri perhatian.
“Kalau malam lampu mati, jangan lupa nyalakan lilin. Kalau ada Aulia–Rendi, jangan pilih yang lain,” ucapnya.
“Saya, Hadi Mulyadi, mengimbau kepada seluruh masyarakat Kutai Kartanegara untuk memilih pasangan nomor 1, Aulia Rahman Basri dan Rendi Solihin.” tambahnya.
Kehadiran Hadi dalam pusaran dukungan politik ini dinilai sebagai angin segar bagi Aulia–Rendi. Bukan hanya karena posisinya sebagai mantan pejabat tinggi, tapi juga karena kedekatannya dengan masyarakat akar rumput. Ia dikenal luas, terutama di wilayah hulu dan pesisir Kukar, sebagai sosok yang konsisten menyuarakan aspirasi publik.
Pasangan Aulia–Rendi bukan nama asing dalam lanskap pembangunan Kukar. Rendi Solihin, sang petahana, sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati. Sementara Aulia Rahman Basri adalah sosok di balik konsep “Kukar Idaman Terbaik” program yang semula diusung oleh Bupati Edi Damansyah.
Duet ini dianggap sebagai perpaduan ideal antara semangat muda dan jam terbang birokrasi. Beberapa program unggulan mereka meliputi:
- Beasiswa pendidikan lanjutan,
- Perbaikan infrastruktur desa berbasis partisipasi warga,
- Sistem layanan kesehatan digital untuk daerah terpencil.
Dengan bergabungnya Hadi Mulyadi ke barisan pendukung Aulia–Rendi, kontestasi semakin mengerucut. Bukan hanya relawan dan komunitas lokal yang merapat, tapi juga jejaring partai dan tokoh berpengaruh tingkat provinsi.
PSU kali ini menjadi babak penentu pasca keputusan Mahkamah Konstitusi. Bagi Aulia–Rendi, ini lebih dari sekadar kompetisi politik. Ini adalah pertarungan untuk melanjutkan visi pembangunan Kukar yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis kebutuhan riil masyarakat.